iklan

Jenis-jenis Bambu di Indonesia


Jenis-jenis Bambu yang terdapat di Indonesia diperkirakan sekitar 159 spesies dari total 1.250 jenis bambu yang terdapat di dunia. Bahkan sekitar 88 jenis bambu yang ada di Indonesia merupakan tanaman endemik.
Bambu merupakan jenis rumput-rumputan yang dan beruas. Bambu merupakan anggota famili Poaceae yang terdiri atas 70 genus. Bambu termasuk jenis tanaman yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang 60 cm dalam sehari.
Indonesia merupakan salah satu wilayah yang menjadi surga bagi jenis tanaman yang disebut juga sebagai buluh, aur, dan eru ini. Diperkirakan terdapat sedikitnya 159 jenis bambu di Indonesia yang 88 diantaranya merupakan spesies endemik Indonesia.
Berikut beberapa jenis (spesies) bambu yang ditemukan tumbuh di Indonesia.
  • Arundinaria japonica Sieb & Zuc ex Stend ditemukan di Jawa.
  • Bambusa arundinacea (Retz.) Wild. (Pring Ori) di Jawa dan Sulawesi.
  • Bambusa atra Lindl. (Loleba) di Maluku.
  • Bambusa balcooa Roxb. Di Jawa.
  • Bambusa blumeana Bl. ex Schul. f. (Bambu Duri) di Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
  • Bambusa glaucescens (Wild) Sieb ex Munro. (Bambu Pagar; Cendani) di Jawa.
  • Bambusa horsfieldii Munro. (Bambu Embong) di Jawa.
  • Bambusa maculata (Bambu Tutul; Pring Tutul) di Bali.
    Bambu Tutul (Bambusa maculata)
    Bambu Tutul (Bambusa maculata)
  • Bambusa multiplex (Bambu Cendani; Mrengenani) di Jawa.
  • Bambusa polymorpha Munro. Di Jawa.
  • Bambusa tulda Munro. Di Jawa.
  • Bambusa tuldoides (Haur Hejo) di Jawa
  • Bambusa vulgaris Schard. (Awi Ampel; Haur Kuneng; Haur Hejo; Pring Kuning) di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Maluku.
    Bambu Kuning (Bambusa vulgaris)
    Bambu Kuning (Bambusa vulgaris)
  • Dendrocalamus asper (Bambu Petung) di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Sulawesi.
  • Dendrocalamus giganteus Munro. (Bambu Sembilang) di Jawa
  • Dendrocalamus strictur (Roxb) Ness. (Bambu Batu) di Jawa.
  • Dinochloa scandens (Bambu Cangkoreh; Kadalan) di Jawa.
  • Gigantochloa apus Kurz. (Bambu Apus; Bambu Tali) di Jawa.
    Bambu Apus (Gigantochloa apus)
    Bambu Apus (Gigantochloa apus)
  • Gigantochloa atroviolacea (Bambu Hitam; Bambu Wulung; Gombong) di Jawa.
    Bambu Wulung (Gigantochloa atroviolacea)
    Bambu Wulung (Gigantochloa atroviolacea)
  • Gigantochloa atter (Bambu Legi; Bambu Ater; Buluh; Jawa Benel; Awi Ater; Awi Kekes) di Jawa.
    Bambu Legi (Gigantochloa atter)
    BambuLegi(Gigantochloa atter)
  • Gigantochloa achmadii Widjaja. (buluh Apus) di Sumatera.
  • Gigantochloa hasskarliana (Bambu Lengka Tali) di Sumatera, Jawa, dan Bali.
  • Gigantochloa kuring (Awi Belang) di Jawa.
  • Gigantochloa levis (Blanco) Merr. (Bambu Suluk) di Kalimantan.
  • Gigantochloa manggong Widjaja. (Bambu Manggong) di Jawa.
  • Gigantochloa nigrocillata Kurz (Bambu Lengka; Bambu Terung; Bambu Bubat) di Jawa.
  • Gigantochloa pruriens (buluh Rengen) di Sumatera.
  • Gigantochloa psedoarundinaceae (Bambu Andong; Gambang Surat; Peri) di Jawa.
  • Gigantochloa ridleyi Holtum. (Tiyang Kaas) di Bali.
  • Gigantochloa robusta Kurz. (Bambu Mayan; Temen Serit) di Sumatera, Jawa, dan Bali.
  • Gigantochloa waryi Gamble (Buluh Dabo) di Sumatera
  • Gigantochloa verticillata (bambu Hitam)
  • Melocanna bacifera (Roxb) Kurz. Di Jawa.
  • Nastus elegantissimus (Hassk) Holt. (Bambu Eul-eul) di Jawa.
  • Phyllostachys aurea A&Ch. Riviera (Bambu Uncea; Bambu Buluh Kecil) di Jawa.
  • Schizotachyum blunei Ness. (Bambu Wuluh; Bambu Tamiang) di Jawa, Nusa Tenggara Timur, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku
  • Schizotachyum brachycladum Kuez. (Bambu Buluh Besar; Buluh Nehe; Awi Buluh; Ute Watat; Tomula) di Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Maluku.
  • Schizotachyum candatum Backer ex Heyne (buluh Bungkok) di Sumatera.
  • Schizotachyum lima (Blanco) Merr. (Bambu Toi) di Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Irian.
  • Schizotachyum longispiculata Kurz. (Bambu Jalur) di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.
  • Schizotachyum zollingeri Stend. (Bambu Jala; Cakeutreuk; Bambu Lampar) di Sumatera dan Jawa.
  • Thryrsostachys siamensis Gamble. (Bambu Jepang) di Jawa.
Di Indonesia jenis-jenis bambu ini dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (kontruksi), Transportasi, Pembuatan alat musik seperti angklung, kuliner, kerajinan rumah tangga dan ornamen, serta sebagai bahan pengobatan alami.
Meski memiliki banyak spesies dan dulu tersebar luas di Indonesia, kini beberapa jenis bambu mulai langka dan sulit ditemukan. Kelangkaan ini terjadi lebih disebabkan olehkonversi lahan menjadi daerah pemukiman.
Kalau di desa saya, bambu masih tumbuh dengan suburnya meskipun terbatas pada jenisBambusa arundinacea (Bambu Ori) dan terkadang Bambu Apus (Gigantochloa apus). Bagaimana dengan di tempat sobat?.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Ordo: Poales; Famili: Poaceae; Bangsa: Bambuseae.
Referensi:

Jenis-jenis Tanaman Bunga Kantong Semar Sulawesi


Jenis-jenis tanaman bungan kantong semar (Nepenthes) ternyata didapati juga di Sulawesi. Pulau Sulawesi menjadi pulau dengan jenis spesies kantong semar terbanyak ketiga di Indonesia setelah Sumatera dan Kalimantan. Di pulau sulawesi ini sedikitnya terdapat 9 spesies bunga kantong semar alami yang lima di antaranya merupakan tanaman endemik pulau ini. Sedangkan empat jenis lainnya, meskipun asli Sulawesi namun bisa ditemukan di pulau lainnya.
Berikut adalah daftar jenis tanaman bunga kantong semar (Nepenthes) yang merupakantanaman endemik Sulawesi.
  1. Nepenthes eymae (endemik Sulawesi Tengah).
  2. Nepenthes glabrata (endemik Sulawesi Tengah).
  3. Nepenthes hamata (endemik Sulawesi)
  4. Nepenthes pitopangii (endemik Taman Nasional Lore Lindu)
  5. Nepenthes tomoriana (endemik Sulawesi)
Berikut merupakan daftar jenis tanaman bunga kantong semar (Nepenthes) asli Sulawesi namun dapat ditemukan di tempat lain (bukan endemik).
  1. Nepenthes gracilis. Terdapat di Brunei Darussalam, Indonesia (Kalimantan, Sulawesi, Sumatera); Malaysia (Semenanjung Malaysia, Sabah, Sarawak), Singapura, dan Thailand.
  2. Nepenthes maxima. Terdapat di Indonesia (Papua, Maluku, Sulawesi) dan Papua New Guinea.
  3. Nepenthes mirabilis. Terdapat di Australia, Brunei Darussalam, Kamboja, China, Indonesia (Papua, Kalimantan), Laos, Malaysia (Semenanjung Malaysia, Sabah, Sarawak); Papua New Guinea, Filipina; Thailand, dan Vietnam.
  4. Nepenthes tentaculata. Terdapat di Indonesia (Kalimantan, Sulawesi) dan Malaysia.
Berikut ini gambar (foto) kesembilan jenis (spesies) kantong semar alami yang asli pulau Sulawesi Indonesia.
Referensi dan gambar: http://www.iucnredlist.org dan wikipedia

Bunga bangkai atau suweg adalah sekelompok tumbuhan dari genusAmorphophallus yang merupakan anggota dari famili dari Araceae (tals-talasan). Jenis yang paling dikenal dari bunga bangkai (Amorphophallus) adalah bunga bangkai raksasa atau suweg raksasa atau titan arum yang mempunyai nama latin Amorphophallus titanumdan Amorphophallus gigas atau Sumatera Giant Amorphophallus. Amorphophallus titanum memegang rekor sebagai bunga dengan struktur perbungaan tertinggi di dunia di susul Amorphophallus gigas diurutan kedua.
Karena keawaman kita sering kali menganggap bunga bangkai sebagai satu spesies (jenis) saja padahal bunga raksasa dan tertinggi ini terdiri atas sekitar 170 spesies di seluruh dunia. Yang lenbih parah, tidak sedikit yang menyamakan bunga bangkai dengan bungaRafflesia. Padahal antara Amorphophallus dan Rafflesia adalah dua bunga yang berbeda meskipun sama-sama berukuran raksasa dan mengeluarkan bau busuk. Perbedaan bunga bangka dengan rafflesia dapat dibaca di artikel saya tentang Perbedaan Rafflesia Arnoldii dan Bunga Bangkai.
Mengenal Ciri Bunga Bangkai (Amorphophallus). Bunga bangkai dalam bahasa latin disebut Amorphophallus yang berasal dari bahasa Yunani Kuno “Amorphos” yang berarti “cacat, tanpa bentuk” dan “phallos” yang berarti “penis”.
Bunga bangkai raksasa atau titan arum (Amorphophallus titanum)
Bunga bangkai (Amorphophallus) merupakan tumbuhan khas dataran rendah yang tumbuh di daerah beriklim tropis dan subtropis mulai dari kawasan Afrika barat hingga ke Kepulauan Pasifik termasuk di Indonesia. Sebagian besar, bunga bangkai merupakan spesies endemik.
Bunga bangkai yang merupakan tumbuhan dengan bunga majemuk terbesar dan tertinggi di dunia ini termasuk tanaman dari suku talas-talasan (araceae) dengan bentuk dan ukuran umbi yang bervariasi pada setiap jenisnya.
Bunga bangkai (Amorphophallus) mengalami dua fase dalam hidupnya yang berlangsung secara bergantian dan terus menerus, yakni fase vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif di atas umbi bunga bangkai tumbuh batang tunggal dan daun yang mirip daun pepaya. Hingga kemudian batang dan daun menjadi layu menyisakan umbi di dalam tanah.
Apabila kondisi memungkinkan, fase vegetatif akan disusul dengan fase generatif yakni munculnya bunga majemuk yang menggantikan batang dan daun yang layu tadi. Kedua fase ini kan terjadi berulang dan terus menerus.
Saat bunga bangkai mengalami fase generatif (mekarnya bunga), bunga tertinggi ini mengeluarkan bau menyengat seperti bau bangkai. Bau busuk ini berfungsi sebagai pemikat bagi lalat dan kumbang yang mana serangga-serangga tersebut akan berkontribusi dalam proses penyerbukan. Apabila selama masa mekarnya terjadi pembuahan, maka akan terbentuk buah-buah berwarna merah dengan biji pada bagian bekas pangkal bunga. Dan bunga bangkai kemudian kembali memasuki fase vegetatif.
Mengenal Macam Jenis Bunga Bangkai (Amorphophallus). Terdapat sekitar 170 spesies bunga bangkai di seluruh dunia. Spesies yang terkenal di Indonesia diantaranya adalah:
  • Amorphophallus titanum (Bunga bangkai raksasa, Titan arum, suweg raksasa)
  • Amorphophallus gigas (Amorphophallus raksasa sumatera)
  • Amorphophallus decussilvae (Bunga bangkai jangkung, bunga bangkai jawa barat)
  • Amorphophallus beccariiAmorphophallus campanulatus (Suweg); Amorphophallus oncophyllus (iles-iles, porang, ileus)
Bunga bangkai (Amorphophallus bulbifer)
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Liliopsida; Ordo:Alismatales; Famili: Araceae; Genus: Amorphophallus; Spesies: (lihat artikel)
Referensi dan gambar: zipcodezoo.com

Pohon Lempaung, Limpasu atau Kalampesu (Baccaurea lanceolata)


Pohon Lempaung, Kalampesu, atau Limpasu (Baccaurea lanceolata) adalah pohon penghasil buah yang masih berkerabat dekat dengan pohon Menteng (Baccaurea racemosa). Mungkin banyak yang asing dengan nama Lempaung, Limpasu atau Kalampesu, termasuk saya.
Dalam bahasa daerah, tanaman ini mempunyai sebutan yang berbeda. Di Kalimantan pohon ini dikenal sebagai KalampesuAmpusuAsam pauhEmpawangLampaung,LapahungLaptuLepasuLipauLimpasuTamasu, dan Tampoi. Sedangkan di Sumatera dikenal sebagai Tegeiluk, Kalu gugur, Langsat hutan, Lempaong, Lempaung, dan Peng. Serta dikenal juga sebagai Lingsu, dan Lengsu (Jawa Barat).
Di negara tetangga pohon Kalampesu atau Lempuang disebut Asam pahong, Asam pahung, Asam paung, Mempaung, Limpanong, Pahu asam, dan Pahu temuangi(Malaysia), som huuk, atau som lok (Thailand).
Dalam bahasa Latin, pohon yang dinamai Baccaurea lanceolata (Miq.) Müll.Arg ini mempunyai beberapa nama sinonim seperti Adenocrepis lanceolata (Miq.) Müll.Arg,Baccaurea glabriflora Pax & K.Hoffm., Baccaurea pyrrhodasya (Miq.) Müll.Arg.,Hedycarpus lanceolatus Miq., dan Pierardia pyrrhodasya Miq.
Diskripsi Pohon Kalampesu (Lempaung). Sebagaimana anggota genus Baccaurealainnya, pohon Kalampesu berukuran sedang dengan tinggi antara 3-30 meter dan diameter batang sekitar 5-50 cm dengan kulit batang berwarna coklat pucat hingga kehijauan.
Baccaurea lanceolata atau pohon Kalampesu atau Lempaung atau Limpasu
Baccaurea lanceolata atau pohon Kalampesu atau Lempaung atau Limpasu
Daun Kalampesu lonjong melanset berwarna hijau mengkilat tumbuh mengelompok di ujung ranting. Bunganya berwarna putih, kuning hingga merah muda yang tersusun dalam tandan panjang.
Buahnya buni berwarna hijau ketika muda dan saat tua berwarna coklat kekuningan hingga keunguan. Buah Limpasu atau Kalampesu tumbuh bergerombol di ranting bahkan batang pohon. Buahnya berasa asam dengan daging yang agak tebal membungkus bijinya. Perbungaan dan perbuahan terjadi sepanjang tahun utamanya pada musim kemarau.
Pemanfaatan Pohon Limpasu. Belum banyak kajian tentang manfaat pohon Kalampesu. Umumnya pohon ini dimanfaatkan buahnya yang berasa asam. Buah Limpasu selain dapat dimakan langsung juga dapat diolah menjadi asinan. Kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan baik sebagai papan maupun tiang, meskipun mempunyai kualitas yang kurang baik.
Sayangnya, pohon yang banyak tersebar di Kalimantan dan Sumatera ini kurang mendapat perhatian. Penelitian untuk mengungkap potensi dan manfaat yang dipunyaitanaman asli Kalimantan dan Sumatera ini masih sangat minim. Termasuk dalam hal budi daya, pohon ini lebih banyak tumbuh meliar di hutan-hutan. Mungkin lantaran itu pohon yang telah dipertelakan sejak 1866 ini belum mempunyai nama resmi dalam bahasa Indonesia dan menjadi salah satu koleksi di Kebun Raya Bogor.
So, yang paling awal mungkin tanaman ini, seperti halnya berbagai mana banyak tanaman lain yang penamaannya masih membingungkan, perlu diberikan nama resmi dalam bahasa Indonesia. Terserah mau disebut Lempaung, Asam Pahong, Limpasu, Kalampesu, atau Lingsu. Kalau sobat pilih nama yang mana?.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Malpighiales; Famili: Phyllanthaceae; Bangsa: Antidesmeae; Upabangsa: Scepinae; Genus:Baccaurea; Spesies: Baccaurea lanceolata.
***Artikel tentang tanaman Kalampesu, Lepaung, Limpasu, atau apapun nama pohon ini ditulis atas permintaan Pak Budi Santosa. Semoga Pak Budi tidak terlalu kecewa dengan pembahasan yang kurang komplit ini.
Referensi dan gambar:

Kepuh, Pohon Genderuwo Berpotensi Biofuel


Kepuh (Sterculia foetida) adalah sejenis pohon tahunan berukuran besar dan tinggi dengan daun menjari. Pohon kepuh, kepoh, pranajiwa atau kelumpang diyakini mempunyai potensi sebagai bahan biofuel.
Pohon kepuh kini hanya ditemukan di beberapa tempat yang dianggap keramat seperti kuburan, punden ataupun tempat sakral lainnya. Karena itu tanaman kepuh sering dianggap sebagai tanaman “genderuwo”. Apalagi dengan bentuk buahnya yang aneh dan besar hingga disebut pula buah genderuwo.
Tanaman kepuh, selain disebut dengan pranajiwa dan kelumpah juga disebut dengan berbagai nama dalam bahasa daerah seperti halumpang (Batak); kepohkoleangka(Sunda); kepuhkepohjangkang (Jawa); jhangkangkekompang (Madura); kepuh,kepahkekepahan (Bali); kepohkelompangkapakawukawukak (NTT); bungoro,kalumpang (Makassar); alumpangalupangkalupa (Bugis); dan kailupa
furukailupa buru (Maluku).
Dalam bahasa Inggris tanaman ini disebut sebagai Hazel Sterculia. Selain itu juga sering disebut sebagai Indian Almond, Indian-Almond, Java Olive, Java Olives, Java-Olive, Peon, Skunk Tree, dan Sterculia Nut.
DiskripsiPohon kepuh (Sterculia foetida) mempunyai batang yang tinggi hingga mencapai 40 meter dengan diameter batang bagian bawah hingga mencapai 3 meter. Cabang-cabang tumbuh mendatar dan berkumpul pada ketinggian yang kurang lebih sama, bertingkat-tingkat.
Pohon kepuh (Sterculia foetida) yang dijadikan tempat sakral di Bali
Daun tumbuhan kepuh berupa daun majemuk menjari berbentuk jorong dengan ujung dan pangkal yang runcing. Panjang daunnya berkisar antara 10-17 cm. Bunga terdapat di ujung batang/ranting, pada awalnya bunga berwarna kuning keabuan kemudian menjadi merah.
Buah kepuh besar agak lonjong berukuran 7-9 cm dengan lebar sekitar 5 cm. kulit buah tebal dan keras dengan warna merah kehitaman. Bentuk buahnya yang besar dan aneh oleh sebagaian orang disebut sebagai buah genderuwo, sejenis hantu yang suka menakut-nakuti.
Habitat kepuh adalah dataran rendah hingga ketinggian sekitar 500 meter dpl terutama di daerah kering. Persebaran pohon ini sangat luas, mulai dari Afrika bagian timur, Asia Selatan, Asia Tenggara, Kepulauan Nusantara (Indonesia) hingga Australia.
Mitos vs Manfaat. Di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali, pohon kepuh (Sterculia foetida) sering kali dijumpai tumbuh di daerah-daerah angker dan keramat seperti punden, kuburan, dan tempat-tempat yang jarang didatangi manusia. Lantaran tempat hidupnya dan ukuran batang serta bentuk buahnya, pohon kepuh acapkali dianggap sebagai pohon genderuwo, sebangsa hantu yang suka menakut-nakuti.
Namun dibalik mitos yang angker sebagai tanaman genderuwo, pohon kepuh ternyata memiliki berbagai manfaat. Hampir semua bagian tanaman dari kulit batang, daun atau buah dan bijinya sering dimanfaatkan sebagai campuran jamu. Kulit pohon dan daun dapat digunakan sebagai obat untuk beberapa penyakit antara lain rheumaticdiuretic, dandiaphoretic. Kulit buah Kepuh juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan untuk membuat kue dan bijinya dapat dimakan.
Buah kepuh yang besar dan berbentuk aneh sering dianggap buah genderuwo
Kayu pohon kepuh atau pranajiwa dapat digunakan sebagai konstruksi bangunan, bahan pembuat kapal, kotak kontainer, dan kertas pulp. Biji kepuh mengandung minyak nabati yang terdiri atas asam lemak (asam sterkulat) yang dapat dimanfaatkan sebagai ramuan kosmetik, sabun, shampo, pelembut kain, pewarna alami, dan plastik.
Asam lemak minyak Kepuh juga dapat digunakan sebagai zat adaptif biodiesel (biofuel). Bahkan beberapa masyarakat sejak dulu telah mengolah biji kepuh untuk diambil minyaknya, yang berguna sebagai minyak lampu, maupun minyak goreng.
Sekarang tergantung kita, tetap mau menganggap kepuh (Sterculia foetida) sebagai pohon hantu genderuwo atau tumbuhan dengan berbagai manfaat mulai obat-obatan, kosmetik, hingga bahan biofuel?.
Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Malvales; Famili: Malvaceae; Genus:     Sterculia; Spesies: S. foetida;
Nama binomial: Sterculia foetida L.; Sinonim: Clompanus foetida Kuntze; Nama Indonesia: Kepuh, Kepoh, Pranajiwa, Kelumpang.
Referensi:

Pohon dan Buah Menteng Makin Langka


Pohon dan buah Menteng makin langka dan sulit ditemukan. Padahal, dari nama pohon Menteng (Baccaurea racemosa), salah satu kawasan di Jakarta dinamai. Konon di Menteng, Jakarta Pusat, dulunya banyak ditumbuhi pohon ini. Sayang, kini pohon penghasil buah ini semakin langka.
Menteng yang dalam bahasa latin disebut Baccaurea racemosa merupakan pohon penghasil buah. Sepintas buah menteng atau kepundung menyerupai buah duku dengan rasa masam-masam (kecut), manis. Tanaman ini berkerabat dekat dengan Lempaung atau Kalampesu.
Di beberapa daerah, tanaman ini selain disebut Menteng juga dikenal sebagai Kepundung, Kapundung, Kemundung, Mundung, Kapungung, Engkumi, Kayu Masam, Kokonau, Kunau, Kunyi, Longkumo, liox Moho, Tunding undang, Umbarian, Jinteh Merah, dan Bencoy. Dalam bahasa latin disebut sebagai Baccaurea racemosa (Reinw. Ex. BI.) M.A.) yang bersinonim dengan Baccaurea bhaswatii Chakrab. & M. Gangop., Baccaurea wallichiiHook.f., Coccomelia racemosa Reinw. ex Bl., Pierandia racemosa (Reinw. ex Bl.) Bl.,Pierardia racemosa (Reinw. ex Bl.) Miq.
Nama Menteng sering kali juga dipakai untuk menamai pohon sejenis yang bernama latinBaccaurea javanica dan Baccaurea dulcis. Meskipun untuk jenis terakhir lebih sering disebut sebagai Ketupa.
Buah Menteng (kepundung)
Buah Menteng (kepundung)
Diskripsi Pohon MentengTanaman Menteng atau Kepundung merupakan pohon atau perdu dengan tinggi antara 15-25 m dengan diameter 25-70 cm, berkulit kasar, dan berwarna keputihan. Daunnya lebih banyak terkumpul di ujung ranting, berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan ujung yang lancip. Daun Menteng mempunyai panjang 7-20 cm, lebar 3-7,5 cm.
Buah Menteng berdiameter 2-2,4 cm, berwarna hijau kekuningan atau kemerahan. Kulit buah berwana hijau dan kekuningan saat masak. Tanaman ini memiliki dua forma buah yakni, berdaging buah putih dan berdaging buah warna merah. Kedua forma ini memiliki buah yang berasa asam dan manis.
Tanaman Menteng (Baccaurea racemosa) tersebar mulai dari Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatra, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, Borneo (Sarawak, Brunei, Sabah, danKalimantan), Sulawesi, dan Maluku. Pohon ini tumbuh di daerah dataran rendah hingga ketinggian 1000 meter dpl. Habitat yang disukai adalah tanah aluvial dan kering hingga pada tanah berpasir dan tanah liat.
Pohon Menteng (Baccaurea racemosa) merupakan tanaman buah musiman. Musim bunganya berlangsung pada bulan Oktober hingga Desember, sedangkan musim buahnya terjadi antara bulan Januari hingga Maret.
Buah Menteng (Kepundung) muda di pohon
Buah Menteng (Kepundung) muda di pohon
Manfaat Pohon Menteng. Pohon Menteng dimanfaatkan buahnya untuk dimakan langsung sebagai buah segar. Buahnya mempunyai rasa asam-asam manis. Selain dimakan langsung buah Kepundung juga dapat diolah menjadi sirup, asinan, atau difermentasi menjadi minuman.
Kayu pohon Menteng memiliki kualitas yang baik dan dapat digunakan untuk bangunan rumah, perahu, dan mebel. Selain itu, kulit dan daun pohon yang disebut juga sebagai kepundung ini mempunyai khasiat sebagai tanaman obat. Salah satunya adalah sebagai obat mencret dan untuk
pelancar haid.
Sayangnya keberadaan pohon maupun buah Menteng semakin langka. Bahkan di kecamatan Menteng Jakarta Pusat yang nama daerahnya berasal dari nama pohon inipun semakin sulit didapati. Sayang jika spesies yang berkaitan erat dengan asal usul salah satu daerah terpadat di Indonesia ini punah.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Malpighiales; Famili: Phyllanthaceae; Bangsa: Antidesmeae; Upabangsa: Scepinae; Genus:Baccaurea; Spesies: Baccaurea racemosa (Reinw.) Muell. Arg.
Kerabat dekat: Lempaung atau Kalampesu (Baccaurea lanceolata), Ketupa (Baccaurea dulcis), Bendara atau Rambai (Baccaurea motleyana), Rambai Hutan (Baccaurea angulata), Mafai Setambun (Baccaurea ramiflora), Tampoi (Baccaurea macrocarpa).
Referensi:

Mundu (Garcinia dulcis) Pohon Buah Langka


Mundu atau Garcinia dulcis merupakan sejenis pohon buah-buahan yang semakin langka anggota genus Garcinia yang berkerabat dekat dengan manggis (Garcinia mangostana) dan asem kandis (Garcinia parvifolia). Mundu dipercaya sebagai tanaman buah asli Indonesia yang hanya tumbuh di Jawa dan sebagian Kalimantan, meskipun tumbuhan ini juga tumbuh di Filipina dan Thailand.
Mundu di Jawa disebut juga ratabaros atau klendeng dalam bahasa Sunda dikenal sebagai jawura atau golodogpanto. Dalam bahasa Inggris dikenal juga dengan sebutan yang sama, mundu atau moendoe. Di Filipina disebut sebagai biniti atau bagalot, sedangkan di Thailand dikenal sebagai maphut. Dalam bahasa latin (ilmiah), mundu disebut Garcinia dulcis yang bersinonim dengan Garcinia longifolia, dan Xanthochymus javanensis.
Diskripsi dan Persebaran. Tumbuhan mundu (Garcinia dulcis) berupa pohon berbatang pendek dengan tinggi maksimal 13-15 meter dengan tajuk yang mengerucut ke atas. Batangnya mempunyai kulit berwarna coklat dan mempunyai semacam getah berwarna putih yang akan berubah menjadi coklat pucat saat kering. Batang mundu ditumbuhi banyak ranting berbentuk hampir persegi empat yang mudah patah dan berbulu halus.
Buah mundu, hati-hati saat memakannya
Daun mundu berbentuk bundar telur sampai lonjong jorong, panjang 10 – 30 cm dan lebar 3,5 – 14 cm, hijau pucat bila muda, permukaan atas hijau gelap dan mengkilat, pada bagian bawah dengan tulang tengah yang menonjol dan keras, urat-urat daun banyak dan paralel, panjang tangkai daun sampai 2 cm. Bunga mundu muncul di dekat pangkal daun berwarna kuning keputihan dan berbau harum.
Buah mundu berbentuk bulat dengan ujung atas dan bawah agak meruncing dengan diameter antara 5-8 cm. Buah berwarna hijau muda saat masih mentah dan berubah menjadi kuning cerah (mengkilat) ketika masak. Buah mundu (Garcinia dulcis) memiliki 1-5 biji berukuran 2,5 cm berwarna coklat. Daging buah mundu berwarna kuning dan mengandung banyak air. Rasa buahnya manis agak masam.
Pohon mundu tumbuh di Indonesia (Jawa dan sebagian Kalimantan) dan telah ditanam di negara-negara di Asia Tenggara seperti Thailand dan Filipina. Habitatnya adalah daerah dataran rendah hingga ketinggian 500 meter dpl.
Manfaat. Buah mundu dapat dimakan langsung dan diolah menjadi selai bahkan sebagai campuran jamu tradisional. Sedangkan kayu dan kulitnya, dahulu sering dipakai sebagai campuran pembuat warna hijau alami.
Yang perlu diperhatikan ketika memakan buah mundu secara langsung adalah getahnya. Buah yang banyak mengandung vitamin C ini memiliki getah yang kuat yang dapat membuat iritasi ringan di bibir bagi yang tidak terbiasa. Karena itu, jika hendak memakannya lebih baik mengupas dan mencucinya terlebih dahulu sehingga getah buah langka ini hilang dulu.
Penasaran dengan buah mundu nan langka ini?. Sobat-sobat yang ada di Jawa Timur mungkin masih bisa menjumpainya di depan Gelora Sepuluh November. Di sana terdapat Taman Mundu dengan sepasang pohon mundu yang ditanam sebagai ikon taman, semoga lestari.
Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Theales; Famili: Clusiaceae; Genus: Garcinia; Spesies: Garcinia dulcis
Nama Binomial: Garcinia dulcis; Nama Indonesia: Mundu